Tuesday 19 July 2016

JANJI

thanks to nellson

Mirna adalah seorang santriwati disebuah pondok pesantren khusus putri di pinggiran kota solo . Kelas dua SMA. Ia dikenal cantik supel dan mudah bergaul. Dia tak suka berteman dengan seseorang secara khusus terlalu dekat tapi sejak berkawan dengan adel dia menjdi sahabat kental adel. Satu hal menarik yang tak diketahui masyarakat diluar asrama putri ini. Para santriwatinya rata-rata memiliki rambut panjang dan indah melebihi pantat. ada yang sepaha, selutut seperti mirna dan sebetis bahkan banyak juga kakak kelas dan ustadzah memiliki rambut hingga menyapu tanah. Seperti ustadzah isma yang rambutnya melebihi 60cm dari tinggi tubuhnya yang 160cm itu. Maklum rata rata penghuni pondok adalah anak desa walau begitu pengetahuan mereka tentang dunia luar disamping pengetahuan agama berani diadu.
“ustadzah, aku juga pingin punya rambut sepanjang ustadzah, tapi ngga bisa nyembunyiin takutnya.” Kata mirna suatu kali pada ustadzah muda berumur 25 tahun itu. Ustadzah isma yang saat itu memeriksa sarpras dikamar santriwati tersenyum.
“ya dikepang lah... ustdzah dulu juga mikir kalo rambut terus dipanjangin bisa keluar dari jilbab dong. Padahal kan rambut ngga boleh dilihat sama non mahram. Akhirnya ustadzah kepang dan di tekuk pas dipertengahan dan diikat  ” jelas ustadzah isma.”manjangin rambut itu sunah mirna.. kelak suamimu suka. Kalo suka kan kita bisa dapat pahala”
”lha kalo suami ngga suka?” canda mirna.”ya dipotong lah.. maunya suami seberapa. Asal nggak digundul aja kan?” balas ustadzah isma sambil tertawa..”ustdzah ini.. punya suami aja juga belum padahal..”
Suatu ketika ditengah jam pelajaran bahasa indonesia mirna melongok keluar jendela. Kebiasaan para santriwati jika bosan dengan pengajar mereka biasa menggambar atau menulis puisi dengan inspirasi sawah dan perkebunan cabe yang terletak berdekatan dengan bangunan kelas mirna. Kelas mirna dilantai tiga. Mirna sedikit terkejut. Sebuah mobil xenia parkir di dekat pos jaga. Ini bukan hari besuk pikir mirna.
“bismillah.. menyela sebentar anak-anak. Hari ini kalian akan mendapat sahabat yang akan ikut belajar dengan kalian dikelas ini ” kata ustadzah isma yang tiba-tiba itu mengejutkan mirna. Mirna segera menghadap depan. Cantik. Pikir mirna. “kutebak pasti rambutnya panjang” bisik adel. Teman sekamar mirna yang duduk dibelakang mirna.mirna Cuma terkikik. “aneh ya, asrama kita kok kayak markas kuntilanak. Setiap santriwati yang datang disini rambutnya panjang semua. Paling pendek sepinggang ” bisik adel. “alah..nggak usah gitu toh rambutmu sendiri aja panjang” sela mirna.
“loh, kan Cuma sebetis itu aja dekat sama lutut.”kilah adel.”iya kan lebih panjang dari punyaku..”mirna tak mau kalah.
“ nama saya meliya. Mm.. maaf ngga panjang. Temen temen bisa panggil saya meliya juga ato mel saja juga cukup” meliya tersenyum kikuk.”kamu duduk disamping mirna ya. Ustdzah sudah siapkan kamarmu nanti juga bareng sama dia.” Meliya mengangguk. Lalu duduk disamping mirna. Meliya mencoba melempar senyum ke adel dan mirna. Mirna dan adel memang duduk tanpa teman sebangku. Tak seperti kawan lainnya yang satu bangku untuk dua anak. Aku suka sendiri. Lebih bebas. kata adel saat ditanya mirna.
Adel duduk diranjang tingkatnya memperhatikan gelungan besar dibalik jilbab meliya yang sedang menata baju di lemari dibantu mirna.”kamu ngga panas pake jilbab terus?” tanya adel. Meliya Cuma tersenyum. “rambut kamu sepanjang apa?” tanya adel polos.”kasih tahu nggak ya..?” canda meliya.
Mereka tertawa. “sini biar aku tahu sendiri” tiba tiba adel bangkit dari duduknya menubruk meliya. Meliya tertawa sambil menghindar.”aku masih canggung” kata meliya.
”ngga papa kok jilbabnya dilepas. Aman. Ngga ada cowok disini. Guru disini pun juga perempuan. Semua pegawai disini juga” jelas mirna meyakinkan.
“nih!” adel usil menjambak jilbab meliya dari depan. Meliya terpekik kecil. Jilbabnya jadi melorot kedepan. Meliya akhirnya membuka jilbabnya gelung besar telihat jelas.
“dibuka dong gelungnya..”pinta adel.”ogah ah, rambut mbak adel mesti lebih panjang aku kalah deh”
“ngga juga, nih lihat..” adel yang sedari tadi sudah melepas jilbab kini membuka sanggulnya. Rambut hitam lurus berkilaunya menjuntai hingga betis.” Ya ampun mbak... panjang banget!! Bagus lagi” puji meliya kagum. “kalo mbak mirna?” mirna yang barusan selesai menata lemari meliya mencibir. Tapi ia membuka jilbabnya juga lalu membuka gelung miliknya. Rambut mirna yang hitam lurus dan tebal itu menjuntai pas dilutut dengan potongan yang rapi.”ya allah mbak mirna..rambutnya duh.. !!” meliya terkagum juga dengan rambut mirna.”nggak gitu panjang sih masih kalah sama punya adel soalnya selalu aku trim setiap kali ngga rapih” kata mirna kalem.” Lihat rambutmu dong..” pinta mirna. Meliya tersenyum canggung melirik adel. Lalu melepas sanggulnya. Adel dan mirna terpana, rambut meliya tebal hitam dan sangat lembut bak ikan sampo. Panjang dibawah tumit dan trim rata!!
“ya allah meliya!!! Rambutmu panjang banget!! Setumit gitu! Bikin iri!! Terawat lagi! ” teriak  adel. meliya tertawa renyah. “aku nggak pernah potong mbak, perawatan dilakukan sendiri. Kebetulan ibu juga berambut panjang. Sama kayak mbak mirna sih selutut. beliau ngga suka putrinya potong rambut jadinya ya..seperti aku ini..” meliya menyelipkan rambutnya ke daun telinga. Menampakkan anting berbentuk ring terbuat dari perak dengan diameter cukup besar. Dia memang fashionable.
“bikin iri kita.. pasti banyak cowok yang naksir..” ujar mirna. Meliya tertawa renyah”nanti mbak adel dan mbak mirna aku bagi tipsnya deh buat manjangin rambut dan perawatannya”
Adel sigap merangkul meliya“heh, mirna nggak usah dikasih tau! Aku aja!”
“saingan nih ceritanya?” tanya meliya ke adel
“nggak kok, Cuma lomba cepet siapa rambutnya panjang mencapai target” kilah mirna.
“lha emang mbak adel sama mbak mirna mau manjangin rambut sampe seberapa?”
“sampe kaya ustadzah isma kalo bisa sih lebih..”
Meliya mengernyit. “ lah memang rambut ustadzah isma seberapa?”
“melebihi tinggi badanya 60 centi !” mirna dan adel kompak. Meliya terpana tak percaya.
                Begitulah hari-hari mereka lewati sampai mereka melewati jenjang SMA dan meneruskan ke perguruan tinggi pondok itu . Senang dilewati bersama begitu juga saat mereka sedih. Kadang memang ada senior yang iri dengan rambut meliya. Seperti mbak dinda. Teman sebelah kamar mereka yang suka ngomen. Walau tak pernah mara ke meliya tapi sering menasehati meliya supaya ngga menyanggul rambutnya sampai kaya punuk onta karena itu tak boleh dalam agama.
“Mel..” panggil mbak dinda suatu siang diberanda. Siang itu sepi. Para santriwati sekolah dan meliya akan mengambil buku diktat yang tertinggal disela pergantian jam pelajaran. Mbak dinda sendiri di kamar”mbak mau ijin pulang kampung sementara. Nggak tahu mau balik ke pondok kapan. Nih buat kenang2an..” mbak dinda menyerahkan sebuah bando. Nggak terlihat usang walau bukan barang baru. Motifnya bagus” maaf, buatan sendiri sih. Nggak suka nggak dipake nggak papa..”
meliya menggeleng,”suka kok mbak..bagus.. ” mbak dinda tersenyum.”dipake ya! Ini kasihkan ke adel dan mirna juga..” mbak dinda menyerahkan 2 bando lagi.”rambut panjangmu pasti bagus dikasih bando macam ini. Ohya, tumben kepalamu nggak keliatan sanggulnya kamu potong?” tanya mbak dinda. Meliya menggeleng. “makasih ya mbak, aku balik ke kelas dulu..” meliya pamit. Mbak dinda hanya mengangguk. Saat meliya berbalik dan berlari mbak dinda memanggil
 ”Mel!!” meliya berbalik. “rambutmu keluar tuh!” mbak dinda menunjuk bawah rok meliya. Rambut kepang meliya menyembul sejengkal dari bawah roknya. Meliya membenahinya lalu berlari lagi.”untung rambutku masih diatas tumit” batin mbak dinda.
Kini umur mereka sudah 20 rambut mirna dan adel sudah melebihi ustadzah isma. Ustadzah isma sudah menikah dengan lelaki soleh dan tinggal di luar pondok walau masih disolo. Beruntung,Mirna dengar suami ustadzah isma suka dengan rambut istrinya. Mirna sering menyembunyikan rambutnya dibalik gamis. Begitu juga adel. Sayang saat adel lulus sma terpaksa memotongnya setumit. Walau kini sudah lebih 20 centi dari badannya. Mirna menang. Rambut meliya bahkan sudah 2 meter. Akhir akhir ini ada yang aneh. Meliya suka menyendiri setelah mendapat surat dari orang tuanya. Suatu malam adel dan mirna sepakat menggeledah barang barang milik meliya saat meliya tidur. Mencari surat yang dulu dibaca meliya mojok. Meliya memang punya kebiasaan suka mojok kalo dapat surat dari siapa saja. Ketika malam tiba mirna dan adel beraksi. Naas, saat mirna jongkok menurunkan barang adel yang berdiri tak sengaja menginjak rambut mirna yang dikepang. Awalnya mirna tak sadar tapi saat berdiri rambutnya terasa ditarik . “aw!!”mirna menjerit pelan. Dari 8 anak penghuni kamar Tak seorangpun bangun. Mirna menutup mulutnya. Mereka menatap meliya. meliya masih pulas. Adel dan mirna lega.
“cari apa mbak?” mirna dan adel terkejut. Meliya sudah dibelakang mereka. “mbak adel sama mbak mirna ini maunya apa? ” mirna sigap membekap mulut meliya. dipondok pesantren itu memang diajarkan beladiri kungfu dan mirna termasuk aktif mengikutinya. lalu membawanya keluar ruangan. “tolong jangan marah dulu mel..” kata adel. Mirna melepas bekapannya. Mereka bertiga duduk diberanda. Jam 11 malam.”aku lihat sejak dapat surat kemarin kamu sering menyendiri. Saat ditanya pun kamu menghindar. Tolong, sebagai teman kan kami bisa membantu..” jelas adel.
Tiba-tiba meliya menangis. Adel dengan sigap memeluk sahabatnya itu. Setelah agak reda meliya bercerita..
“Aku mau dijodohkan dengan relasi orangtuaku namanya markus... walo belum deal sih, tapi seminggu lagi aku dijemput untuk kenalan dengan ortu calon” mata adel dan mirna membulat. Meliya menarik napas
“ orang tuaku nggak begitu paham masalah agama. Bukannya calon suamiku orang jelek bukan.. dia katanya orang baik. Hanya maaf, aku ngga suka sama cowok gempal lagian aku ngga sreg sama face nya ”
Mirna dan adel kali ini mendesah. Sulit memang. Kesalehan memang harus diutamakan,tapi kalo  fisik ngga suka kalo dipaksa bakal tekanan batin.. seumur hidup!
“bahkan lagi kudengar dari teman ibu dia suka bohong dengan relasinya. Hanya kebetulan orangtuaku ngga pernah kena .. ah, sudahlah.. ini bukan urusan mbak adel dan mbak mirna. Maaf kalo sampe ngrepoti.” Meliya bangkit. Lalu mengalungkan rambut panjangnya keleher. Sisanya dibiarkan menjuntai kedepan hingga tumit.”bobok yuk mbak..” ajak meliya. mereka pun beranjak tidur tanpa berkata apa apa lagi.
***
Lima hari berlalu.. kini meliya kembali cerah. Karena hari ini hari libur meliya mengajak mirna dan adel belanja keluar. Mereka menghabiskan waktu di solo square sampe siang. Awalnya mirna kikuk. Tapi karena adel bilang sudah terbiasa mirna jadi nyaman.
Jam menunjukkan pukul 2 siang saat mereka bertiga keluar dari mall. Meliya mengajak jalan kaki karena katanya ada urusan disuatu tempat. Selama perjalanan mereka bercanda bersama.perjalanan jauhpun tak  terasa melelahkan. Hingga di suatu gang sepi meliya mengajak mirna dan adel berbelok.
“duduk dulu mbak. Capek aku..” ajak meliya. mereka pun duduk sambil memesan es teh di warung yang dibeli di mulut gang tadi. Mirna melihat lihat sekitar. Ia tahu mereka bertiga duduk dibangku tunggu kios cukur yang sepi ada tulisan “usep “di kacanya. sepuluh menit kemudian tiba tiba meliya bangkit. “temanin masuk dong mbak” meliya mengajak mirna dan adel masuk di kios cukur itu. “sodaramu?” tanya adel. Meliya Cuma tersenyum. Seorang pemuda umur 30an gondrong sebahu dengan cukuran tipis disamping kanan kiri berkulit putih masuk ke ruang cukur dari pintu yang menghubungkan kios itu dengan rumah dibelakangnya.lelaki itu terkejut.
“monggo mbak, cari siapa ya?” tanya pemuda itu.
“masnya yang motong disini?” tanya meliya. pemuda itu mengangguk
“gini mas.. saya mau bicara bentar. Bisa saya tutup gordennya?”. Pemuda itu berisyarat supaya dia sendiri yang menutup gorden saat meliya hendak menutupnya. Mirna dan adel terkejut tiba-tiba meliya membuka jilbabnya. Meliya berisyarat dengan jari supaya kedua sahabatnya itu diam. Meliya menarik seluruh rambutnya yang dikepang itu dari balik gamisnya.
“ya ampun..mbaknya ini ternyata rambutnya panjang banget ya mbak?” pemuda itu terkejut sekaligus kagum. Entah terkejut dengan rambut panjang meliya atau karena meliya buka jilbab.
Meliya dengan anggunnya menatap cermin besar di situ. Mengelengkan kepalanya. Rambutnya yang indah itu berayun ke kanan dan kekiri. Lalu menuju ke kursi pangkas. Mengayunkan lagi
“potong saya ya mas usep ?..” kata meliya. mirna dan adel kaget bukan main. Tapi mereka menyembunyikannya dengan tetap diam memperhatikan meliya.
“kalo potong model salon ngga bisa mbak..” mas usep walau tak terlihat mirna tahu mas usep nervous. Meliya tak perduli ia duduk di kursi pangkas. Mas usep memasang cape. “sayang mbak, rambut mbak panjang dan bagus.. aku juga mau loh kelak punya istri kayak mbak rambutnya” kata mas usep sambil membetulkan cape dibalik rambut meliya yang menjuntai dan terkulai indah ke lantai.
“potong apa mbak?” tanya mas usep sambil memasang masker. Meliya dengan tenangnya malah menutup cermin didepannya dengan jilbabnya lalu meletakkan ponsel terbalik dalam posisi rekam.
“digundul ya mas..yang bersih itu lo emm apa namanya?”
Mas usep, mirna dan adel terkesiap.
Gila!! rambut meliya yang panjang sampai menyapu tanah itu mau digunduli!!
“oh..digundul..diplonthos ya maksud mbak?” mas usep berusaha tenang.
“sori ya mas kalo rambutku kepanjangan..”Meliya terkejut saat mas usep  menyalakan clipper. Mirna dan adel bergidik ngeri. Seumur hidup mereka baru pertama kali ini melihat secar langsung bagaimana mesin clipper itu berfungsi.
ZZzzznggg...
Mirna dan adel memejamkan mata saat mas usep menundukkan kepala meliya dan mulai mencukur rambutnya dari tengkuk. Meliya ngeri. Mas usep sengaja mencukur dari tengkuk meliya supaya meliya tidak shock dan berpikir ulang padahal slipper sudah berjalan. Dingin dirasakan meliya merambat dari tengkuk ke kepala. Rasanya campur aduk. Sedih. Tapi meliya pintar menyembunyikannya. Tak seorangpun disitu bisa melihat kesedihannya .Agak geli saat clipper bergerak maju. Mirna dan adel perlahan membuka matanya. Melihat meliya aneh, hampir tak ada perubahan berarti. Sejak awal meliya sepertinya sudah merencanakan ini rambut meliya dikepang rapi memudahkan mas usep untuk memegangnya. Adel terkikik menahan tawa melihat meliya yang sudah tigaperempat kepalanya gundul.
“sep, aku minta korek mu ya!”
Pintu dibuka tiba-tiba. Seorang pemuda seumuran mas usep masuk. Ia terkejut. Matanya menatap seorang gadis cantik dengan kepala gundul tapi sebagian rambutnya yang masih menempel belum tercukur terjurai hingga tanah.
“kyaa!!!” meliya menjerit histeris sambil menutup mukanya. Pemuda tadi buru2 masuk lagi. Mas usep langsung menaruh clipper dan mengejar pemuda tadi sebelum keluar rumah. Meliya menutup mulut dengan kedua tangannya saat mas usep kembali.
“Maaf ya mbak..” kata mas usep sambil menyalakan clipper lagi dan melanjutkan menggunduli rambut panjang meliya.”tadi udah tak suruh diem dan nggak cerita ke siapa siapa. Mbak nggak usah khawatir kepala mbak ketahuan gundul. Saya kadang juga ada pelanggan kaya mbak kok. minta potong disini.” mas usep menjelaskan.
”aw!” meliya menjerit kecil saat clipper yang berjalan diatas kiri kepalanya macet.mati lampu. Mas usep segera mengganti dengan clipper manual. Dan menundukkan kepala meliya lagi.
”adem ya mas kalo pake yang ini.. Gerakannya lebih lembut..” komentar meliya. mas usep nyengir. “saya ngga pernah potong cepak sih mbak apalagi pakek itu” .
bibir meliya membundar.” Mas, katanya tadi ada pelanggan mas kayak saya yang minta potong itu maksudnya mas mereka itu perempuan?” tanya meliya.
”iya mbak, beberapa juga kadang minta digundul. Tapi jarang sih..”
“Paling panjang seberapa?”
“ya.. kalo dibanding mbak mereka kalah lah.. mbak ini pelanggan pertama yang rambutnya paling panjang.” Jelas mas usep dibarengi dengan tanggalnya seluruh rambut meliya.
”udah nih mbak..dikerik nggak?”
“biar halus mas?” tanya meliya sambil memegang rambut yang jatuh di pangkuannya. Mas usep bersiap mengoles dengan sabun.meliya mengangguk. Adel bergidik berbisik ke mirna
”mir.. ini pertama kali seumur hidup lihat perempuan digundul” bisik adel. Mirna diam memperhatikan meliya yang kepalanya kini dikerik menggunakan pisau cukur. Meliya memejamkan mata menahan rasa ngeri.
“mbak rileks mbak.. kalo mbaknya gerak nanti kepalanya tergores loh..” mas usep berusaha mengingatkan. Meliya tetep memejamkan mata sambil sesekali meringis. Tak menunggu lama. Hanya butuh sepuluh menit rambut indah hitam berkilau milik meliya yang menjuntai hingga tanah itu kini berganti dengan kepala plonthos. Tanpa sehelaipun jatuh ke lantai. Bekas cukuran itu terliha t hijau.
“mas, gini aja apa sudah mengkilat mas dibikin sampe mengkilat mas bisa?” tanya meliya menoleh ke mas usep. Mas usep paham. Ia segera mengambil minyak khusus. “dikasih ini mbak biar kepalanya keliatan bersih..” jelas mas usep sambil mengusap kepala meliya sampai benar benar rata mengkilat. Meliya segera meraih hape yang digunakan untuk merekam dirinya. Lalu segera memakai jilbabnya tanpa melihat kekaca. Setelah membayar mas usep 10.000 meliya pamit balik. Mirna dan adel membuka kembali gorden setelah meliya menggulung rambutnya dan dimasukkan kedalam tas jinjingnya.
“mel, kamu ngga pingin nangis kan? ” adel masih tak percaya temannya yang dulu punya rambut lebih panjang darinya itu kini berubah lebih pendek darinya. Bahkan lebih pendek dari lelaki!! Mirna Cuma diam saja. Shock. Meliya Cuma tersenyum. “nggak papa.. kan masih tertutup jilbab.. mau kututup terus dari teman teman. Kalo panas sih kubuka di kamar mandi..” meliya tersenyum tenang. Sepanjang perjalanan pulang meliya sering mengusap kepalanya dan berkali kali membetulkan jilbab. Kain jilbab terasa melekat di kulit kepalanya. Mirna melirik meliya yang sedang mengusap kepalanya.
“risih sih mbak..belum terbiasa sih.. tapi sejuk..” kata meliya pelan. Malu. sedari tadi mereka diam. Bahkan ketika sampai diasrama.
***
Meliya tak bisa tidur. Jam sudah menunjukkan pukul 22.40 malam. Ia menunggu teman sekamarnya benar-benar terlelap. Pelan meliya merogoh tas tangan wanita yang menggembung besar dibawah bantal. Meliya menoleh ke sekitarnya. Sepi. Meliya mengeluarkan isi tas. Wangi sampo dari rambutnya yang tadi siang digundulinya itu masih tercium walau agak pudar. Puas dengan itu meliya meraih sebuah kotak kosmetik yang ia taruh dibalik gumpalan rambut tebal didalam tas. Semenjak dari tempat cukur meliya belum melihat wajahnya sendiri. Ia takut. Terlalu takut dan malu untuk ia lakukan. Butuh persiapan mental yang cukup. Dan mungkin malam hari adalah waktu yang pas.
Meliya mulai membuka jilbabnya.. berkaca dengan kotak kosmetik ditangannya. Meliya terperanjat menatap sosok dicermin. Beralis tebal dan indah bulu mata lentik dan hidung mancung. Meliya melihat dengan jelas Sepasang anting berbentuk ring bergerak pelan. kepalanya mengkilat tertimpa lampu kamar.. ia mencoba mengelus kepalanya langsung. Semenjak selesai digunduli meliya tak berani memegang kepalanya secara langsung.
Meliya menjerit keras setelah melihat secara langsung kepala gundulnya. Tapi ia segera membekap mulutnya dengan bantal agar teman sekamarnya tak tahu. Meliya menangis memegangi kepalanya yang kini tanpa rambut sehelaipun. Kesedihan luar biasa bercampur malu. Ia tak tahan dengan perubahan yang terlalu ekstrim padahal ia selama ini hanya memotong rambutnya trim. Mirna yang belum tidur berusaha berempati. Mengelus kepala meliya yang sesenggukan di balik bantal. Sekilas mirna dengar ratapan meliya ”rambutku..rambutku..”. mirna tak menyangka ternyata meliya masih memendam kesedihannya dan meledak dimalam hari. Mirna tahu sejak awal meliya sudah merencanakan untuk menggunduli rambut panjangnya agar calon suaminya batal melamarnya. sayang meliya tak siap dengan tindakannya sendiri.
Paginya meliya dijemput. Tak banyak kata yang ia sampaikan pada teman-temannya. Ia hanya berpesan ke mirna dan adel. Ia berjanji sebulan lagi meliya akan kembali bersekolah bersama mereka dan meyakinkan kedua sahabatnya bahwa pernikahan paksa itu benar benar batal..
***




2 comments:

SALON HAIRJOB