Monday 28 September 2020

HAIRFETISH CHALLENGE: KONDE IBU GURU



sebenarnya aku ini seorang murid yang berprestasi. namun ketika aku naik ke kelas 2 SMP, aku mealkukan hal sebliknya untuk mewujudkan hasratku sebagai Hairfetish. ini dimulai saat aku mengikuti kelas Matematika. guru yang mengajar kali ini adalah Ibu Rica. dia wanita muda berusia 27 tahun. setiap ke sekolah mengenakan kemeja lengan pendek dan Rok Selutut. kulitnya kuning langsat, wajahnya mengingatkanku pada bintang drama Jepang. kacamata berbingkainya selalu setia di matanya. Rambutnya Hitam, selalu digelung kebelakang dan diamankan dengan sebatang sumpit. konde di belakang keplanya begitu besar, ukurannya hampir menyamai kepala ibu Rica.

dari hari ke hari aku selalu memikirkan Konde Ibu Rica. aku menjadi terobsesi dengan Konde Ibu Rica. setiap pelajaran Matematika, aku selalu duduk di bangku paling depan. setiap kali ibu Rica berbalik badan dan menulis di papan tulis, aku memotret atau merekam sanggulnya dengan kacamata kamera ku secara sembunyi sembunyi. pulang sekolah, ku melakukan masturbasi sambil melihat hasil foto dan rekaman sanggul ibu Rica.

Obsesiku semakin memuncak. aku memutuskan untuk mendelatkan diri pada Ibu Rica supaya aku bisa membongkar sanggulnya. untuk bisa mendekatkan dirinya, aku harus menarik perhatiannya. aku berada di kelas yang berisikan murid murid berprestasi dan nampaknya ibu Rica tidak peduli dengan hal itu. maka dari itu, aku harus berpura pura tidak berprestasi agar aku bisa dekat denganya.

setiap tugas yang dia berikan, aku kerjakan dengan asal-asalan. setiap ulangan, aku sengaja mengerjakan soal-soalnya dengan salah. hasilnya, nilai matematikaku semester sekarang menurun. pada hari pertama semester kedua, aku dipanggil oleh Ibu Rica ke kantornya.

"Ari, ibu heran sama kamu. pas kelas satu nilai matematika kamu selalu diatas 90. tapi kenapa sekarang menurun drastis, apa kamu malas belajar?" kata Ibu Rica.
"bukannya saya malas belajar. saya tidak mengerti penjelasan ibu Rica. saya berusaha untuk memahami penjelasan ibu guru. saya selalu duduk di depan. mencatat yang ada di papan tulis. tapi tetap saja saya gak bisa ngerti matematika ini," kataku dengan sumringah. dia tidak tahu kalau aku pura pura.

"lalu gimana supaya ibu bisa ngebuat kamu mengerti Matematika?" kata ibu.
"mungkin jika saya les privat dengan ibu, saya akan ngerti matematika lagi," kataku.
sejenak Ibu Rica terdiam, nampaknya dia sedang mempertimbngkan usulku ini. "baiklah, ibu rasa itu ide bagus," kata Ibu Rica.

Les Privat ini dilakukan 2 minggu sekali di rumah Ibu Rica pada sore hari. les ini sangat bermanfaat bagiku. selain mengisi kekosongan waktu, aku punya kesempatan untuk meraih konde Ibu Rica.

sudah 2 bulan aku les privat. aku dan Ibu Rica menjadi semakin Akrab. sambil belajar kami berinteraksi layaknya teman. kami mengobrol, berbagi pengalaman dan lain sebagainya. meskipun begitu, aku sampai sekarang tidak bisa menyentuh konde ibi Rica. aku tidam menemukan momen yang pas untuk melakukannya.
ulangan tengah semester akan segera tiba. aku menemukam ide supaya aku bisa menyentuh Konde perempuan ini. "ibu, gimana kalau kita taruhan?" kata ku.
"taruhan, memangnya kenapa?" kata Ibu Guru.
"besok kan ulangan tengah semester. saya ingin ulangan ini menjadi seru," kataku.
"memang taruhan kaya gimana?" kata ibu.
"jika saya dapat nilai diatas 90 pas ulangan matematika, saya bolehkan mainin Rambut Ibu Rica?" kataku.
ibu Rica terlihat seperti disambar petir. seketika dia memegang konde. "rambut saya? kenapa harus rambut saya?" kata ibu.
"saya gak minta banyak dari ibu. saya cuma mau rambut ibu," kataku.
"kamu gak akan motong rambut ibu kan?" kata Ibu Rica.
"tenang aja bu, saya akan melakukan apapun kecuali memotong rambut ibu," kata aku.

akhirnya kami setuju dengan taruhan ini. keesokan harinya aku menghadapi ulangan matematika. aku mengerjaan soal soal ini dengan mudah. malah aku yang paling pertama mengumpulkan lembar jawaban itu. ibu Rica sangat terkejut melihat hal ini.

seminggu kemudian, hasil Ulangan tengah semester dibagikan ke siswa siswa. Ibu Rica membagikan hasil ulangan matematikake tiap murid di kelasku, termasuk aku. kulihat selembar kertas yang memuat soal-soal yang telah dijawab dengan mudah dan nilai 95 yang tertera disini. akhirnya, aku mendapat tiket untuk mengakses Konde super besar ibu Rica.

pada pukul 15:00, aku berkunjung ke rumah Ibu Rica. "ibu, lihat! aku mendapat nilai 98!" kata ku dengan exited sambil memerkan lembar jawabanku.
"kau hebat sekali Ari," kata ibu Rica.
"ibu, bukannya saya mau kurang ajar. ibu masih ingat gak dengan taruhan kita minggu kemarin?" kataku.

ibu Rica menghela nafas. dia duduk membelakangiku dan kepalanya ditunduka. "silahkan kamu mainin rambut ibu. asalkan jangan dipotong ya," kata ibu Rica.

konde ibu Rica kini berada didepan mataku. aku menyentuh gulungan besar rambut itu dengan telapak tanganku. kuremas-remas konde ini secara pelan pelan. aku tusuk tusukan jariku kedalam kondenya. kegiatan ini membuat kemaluanku menegang. aku rasa memainkan konde dengan tangan belum cukup memuaskan. aku mendekatkan wajahku ke konde ibu rica. aku menghirup konde ini. sungguh harum, aku penasaran ibu Rica memakai Shampo apa. kemudian aku menjilat konde ibu rica layaknya anjing.
"Ari, apa kamu udh puas mainin rambut ibu?" kata ibu.
"belum bu, ini baru permulaan," kataku. aku menatap tusuk konde yang menancap menembus konde ibu Rica. langsung saja aku mencabut tusuk konde itu. betapa terkejutnya aku, rambut ibu rica rupanya panjang sekali. aku meminta dia untuk berdiri dan akhirnya aku tahu bahwa rambutnya begitu panjang hingga menyentuh betisnya. aku menyuruhnya untuk duduk lagi. aku kembali memainkan rambutnya yang panjang. aku menyisir rambutnya dengan jari jariku. aku mengambil karet gelang dari saku celana. aku kumpulkan helaian helain rambut ibu rica diatas kepalanya, lalu aku ikatkan dengan karet gelang. aku berhasil membuat high ponytail di kepala ibu. "aduh Ari, tolong lepasin ikatan rambut ini dong, ibu gak tahan," kata ibu Rica meringis.

"lho, ibu gak pernah dikuncir kaya gini?" kataku.
"ibu jarang ngiket rambut ibu kaya gini, soalnya bikin kepala sakit," kata Ibu Rica. "ibu lebih suka rambut ibu di Konde seperti bias."
"yaudah deh," kataku. aku berusaha menarik karet gelang yang mengikat rambut ini, tapi tidak bisa. "aduh ibu, karetnya tidak bisa ditarik," kataku panik.
"bagaimana nih, kepala ibu sakit nih," kata bu Rica.
"aku punya ide, tapi sebelumnya ibu harus percaya sama saya," kata ku. ibu langsung mengangguk sebagai tanda dia percaya. aku masuk ke dalam dapur kemudian kembali dengan membawa gunting kecil.
"kamu mau motong rambut ibu? bukannya kamu janji gak akan motong rambut ibu?" kata ibu dengan nada tinggi.
"saya gak bermaksud untuk memotong rambut ibu. percayalah bu, saya punya rencana," kataku. sejujurnya aku ingin sekali memotong rambut ibu Rica. ingin sekali aku memotong tepat di kuncir itu, seperti yang aku lihat di film the last samurai. tapi kuurungkan niat itu. aku berdiri dibelakang ibu Rica yang masih duduk. aku arah kan gunting ke karet di kuncir nya. kupotong karet itu dan alhasil, rambut ibu Rica kembali tergerai.

ibu Rica menghela nafas lega. "kamu sudah puas bermain dengan rambut saya?" kata ibu Rica.
"belum bu, saya masih punya satu permainan lagi," kata ku. aku menyanggul rambut ibu Rica. aku membuat sebuah sanggul yang kokoh tanpa diamankan dengan tusuk konde. aku belajar ini dari video di youtube. aku menyuruh ibu untuk menutup matanya dan diam "ibu jangan kebelakang ya," kataku. ibu rica menuruti perkataanku.

secara perlahan, aku membuka celanaku. aku melihat penis ku sudah berdiri tegang sejak lama. tanpa pikir panjang, aku tusukan penis ini ke sanggul ibu Rica. ku maju mundurkan selangkanganku sehingga penis ini bisa masuk dan kelua dengan cepat dari konde ini. aku begitu brutal saat 'memmerkosa' konde super besar ini. tak lama kemudian, penisku mengeluarkan sperma di dalam konde ibu rica. aku membiarkan penisku menancap di konde ibu Rica.

"kok belakang kepala saya jadi basah gini? kamu apain konde saya?" kata ibu Rica. kedua tangan ibu Rica menggapai ke belakang. dia meraba raba kondenya kemudian di meremas kondenya dan merasakan ada sesuatu di dalam konde ini, sesuatu yang keras dan besar. dengan cepat dia berbalik mengahadapi aku. rambutnya tergerai dan secara bersamaan ujung hidung Ibu Rica menyentuh ujung penisk dengan terkejut, ibu Rica meraba rambutnya yang tergerai. dia menemukan banyak sekali 'lendir putih' di rambutnya. "kamu masukin penis kamu ke konde ibu?" katanya dengan marah. "lihat yang kamu lakukan! rambut ibu jadi kotor, penuh sperma kamu!" kata Ibu Rica lagi. dia menyuruh aku untuk kembali memakai celana. kemudian duduk dihadapannua.

"kamu menguncir ibu dengan karet gelang, ibu bisa maafkan kesalahan itu. tapi kamu masukin penis kamu ke konde saya dan mengeluarkan sperma hingga belepotan, itu udah kelewatan. kamu kenapa bisa lakuin hal ini ke ibu?" kata Ibu Rica.

aku dengan pasrah menjelaskan alasan dibalik permainan kotor ini. pertam kujelaskan fetish pada rambut panjang perempuan sejak kecil. kemudian aku ceritakan ketertarikanku dan rasa penasaranku pada konde besar Ibu Rica Sejak pertama kali bertemu. kemudian aku jelaskan mengapa aku selalu duduk di depan setiap ada pelajaran Matematika, aku menjelaskan padanya kalau aku selalu memotret kondenya secara diam diam dan bahkan foto foto itu aku gunakan sebagai bahan untuk Onani. terakhir, aku menjelaskan bahwa selama ini aku pura pura bodoh dalam matematika supaya aku diperhatikan ibu guru bersanggul besar ini.

"sumpah, saya gak tahan pas ngeliat Konde ibu. saya terobsesi sama rambut ibu. tolong maafin saya bu," kataku dengan memelas.
"saya kaget banget. pertama kalinya saya ketemu orang kaya kamu. kamu segitu nekatnya hanya untuk mempermainkan rambut ibu ?" katanya. "yaudah ibu maafkan kamu. tapi tetap saja kamu salah, makanya kamu harus saya hukum," katanya lagi.
"apa hukumannya," kata ku.
"lihat, rambut ibu kotor. kamu harus bersihin rambut ibu. kamu harus keramasin rambut ibu," katanya.
ibu Rica masukke dalam kamar mandi, dia menyuruhku untuk menunggu di luar kaamr mandi. tak lama kemudian, dia menyuruh aku masuk kedalam sana. aku lihat dia mengenakan jas mandi warna biru dan rambutnya dibiarkan tergerai. "supaya baju dan celana kamu gak basah pas keramas, lebih baik kamu lepasin baju dan celana kamu, kecuali kolor kamu," kata Ibu Rica. aku menuruti kata Ibu Rica. dia langsung jongkok dihadapanku. "sekarang kamu harus tanggung jawab atas perbuatan kamu. kamu harus cuci rambut ibu sampai bersih," katanya lagi.

aku mengambil segayung air dan menyiram kepala ibu Rica. aku lakukan ini sebanyak 3 kali agar rambut Ibu Rica benar benar basah. selanjutnya, aku mengambil satu botol sampo dan kukeluarkan sebanyak mungkin isi botol itu ke ubun ubun Ibu Rica. dengan kedua tanganku. aku gosokan rambut ibu hingga berbusa. aku mengganti posisi tubuhku, pertama dibelakang kepala ibu Rica, kemudian di samping kanannya dan terakhir di depan. aku tidak sadar selanganganku berada tak jauh dari wajah ibu Rica.
beliau terkekeh, "penis kamu udah tegang lagi, Ari," katanya. aku terus mencuci rambut ibu tanpa bersuara. kemudian aku mengguyur kepala ibu sebanyak bnayaknya supaya busa di rambutnya hilang. "kenapa? kamu pengen masukin penis kamu ke konde ibu?"
"jujur, pengen sih bu. tapi apa boleh?" kataku.
"gak boleh, rambut ibu nanti kotor," katanya. "tapi ibu tahu dimana tempat paling enak buat penis ini."
ibu Rica menurunkan celana dalamku. kini dihadapannya ada sebatang penis yang berdiri tegak. ibu membuka mulutnya dan memasukan penis ku kedalam sana. aku bisa merasakan betapa kuatnya dia mengemut penisku ini. dia mengulum dan menghisap penisku layaknya permen.
"ibu, aku mau keluar!" kataku
"keluarin aja," katanya.
aku mengeluarkan sperma di mulut ibu. beliau membuka mulutnya lagi, ini kesempatanku untuk mengeluarkan penisku. aku langsung jatuh dan berbaring di lantai kamar mandi. aku melihat ibu merangkak menuju diriku. tubuhnya berada diatas tubuhku, seakan akan ingin menindihku. tangan kirinya bertumpu di lantai supaya dia tidak jatuh dan tangan satunya memegang penisku yang masih loyo.
"gimana rasanya? enak nggak?" kata Ibu Rica. aku merasa gugup sekali, soalnya jarak antara wajahku dan wajahnya hanya satu inchi. ditambah lagi penis aku yang terus diremas. aku menjawab pertanyaan ibu dengan menganggukan kepalaku. "ibu penasaran menurut kamu mana yang paling enak, masukin penis kamu ke konde ibu atau ke mulut ibu?" kata ibu Rica.
"mulut ibu," kataku. tiba tiba remasan ibu Rica menjadi lebih kuat. alhasil penisku kesakitan.
"beraninya kamu berbohong ke Ibu. kamu mau penis kamu ini jadi ancur?" kata bu Rica.
"ampun bu, ya udah saya ngaku. saya lebih suka masukin penis saya ke Konde Ibu Rica," kataku setengah menjerit. tiba tiba dia melepaskan penisku.
"kamu masih mau masukin penis kamu ke konde Ibu," kata Ibu Rica.
"sebenarnya mau sih, tapi saya takut dimarahin ibu kaya tadi," kataku.
ibu Rica tertawa. "siapa bilang ibu marah? ibu cuma bercanda kok, Ari. kamu kira kamu doang yang bisa ngerjain ibu? ibu juga bisa. ternyata kamu gampang banget dikerjainnya," kata ibu Rica.
"jadi beneran nih saya boleh mainin rambut ibu bahkan masukin penis ibu ke konde ibu?" kataku.
"boleh, tapi ada syaratnya," kata ibu Rica. "setiap kamu selesai mainin rambut ibu, kamu harus keramasin rambut ibu, shamponya kamu bawa sendiri," kata ibu Rica. aku mengangguk sebagai tanda setuju. "sama satu lagi, supaya kita impas, boleh gak Ibu mainin penis kamu?" kata Ibu Rica sambil mengelua elus penisku.
"saya punya konde ibu dan ibu punya penis saya, kenapa tidak" kataku.
kemudian ibu menindih tubuhku, dia mencium bibirku. untuk pertama kalinya aku dicium seorang perempuan. "kita anggap ciuman ini sebagai penanda kesepakatan kita," kata ibu Rica.

2 comments:

  1. Bikin cerita tentang murid dan ibu gurunya lagi dong, hehe.

    ReplyDelete
  2. Mantep sekali, butuh asupan lagi saya

    ReplyDelete

SALON HAIRJOB